Monday 25 September 2017

USA, I am coming (New York)

New York in a blast

Pemberhentian terakhir sebelum saya kembali ke Copenhagen adalah New York. Rencana saya jalan-jalan bareng sama Adriana dan Anastasia dari Institut Paul Bocuse, tapi kenyataannya susah sekali menghubungi mereka karena saya tidak punya paket data. Untungnya saya ketemu Farhana dari Malaysia dan dia lebih mudah dihubungi dan diajak janjian. Jadi saya jalan keliling New York bareng dia selama satu setengah hari. Keuntungan lainnya adalah dengan begitu saya jadi punya foto diri, tidak swafoto terus. Lumayan.



Kebetulan tanpa rencana, kami naik bis yang sama dan jam yang sama dari Providence. Dari Providence ke New York kami naik Peterpan bus seharga 28 USD selama kurang lebih 4 jam. Sampai di New York Port Authority bus terminal, kami jalan ke Hotel Farhana yang terletak di sebelah terminal, numpang solat sekalian janjian sama Mega, mahasiswa Master yang saya tumpangi untuk bermalam dan kemudian cari makan sambil lewat Times Square.
Farhana dan Dwi di atas Rockefeller center dengan pemandangan Top of The Rock (Pic by Farhana)

Hari pertama, saya dan Farhana janjian untuk pergi ke Liberty dan Ellis Island bareng. Kami makan siang beli sushi di sekitar patung Liberty. Dari Liberty, kami naik kapal lagi ke Ellis Island (Jadi inget lagunya The Corrs yang baru, Ellis Island). Di Ellis Island, kami ke museum imigrasi, melihat proses imigrasi pada jaman dahulu. Setelah dari Ellis Island, kami kembali ke Manhattan dan berjalan kaki ke Memorial 9/11, terus jalan kaki ke Brooklyn bridge, pulang ke hotel untuk solat, lalu lanjut naik skytram ke Roosevelt island melihat jembatan dari atas. Setelah itu saya pulang dan makan malam sama Mega di restoran Indonesia. Saya pesen nasi bungkus. Kirain mah ”menu nasi bungkus” di taruh piring. Ternyata beneran dibungkus daun pisang loh. Istimewa. Isinya nasi panas, rendang, daun, gulai nangka, perkedel, sambal ijo, timun, balado telur dan balado keripik kentang. Super banget ya.. Alhamdulillah banget deh.. Mana gak disangka, malah ditraktir Mega pula. Jadi gak enak hati.. Tapi enak sih makanannya. Hahahaha…

Manhattan city dari patung Liberty

Samaan warna bajunya

Museum imigrasi di Ellis Island

Brooklyn bridge, tempat syuting Sex and the city

Times Square

New York public library, tempat nikahnya Big dan Casey dari Sex and the city

Dalamnya public library

Grand Central station

National Museum di New York, tempat syuting Night at the museum

Hari kedua, saya dan Farhana janjian lagi di Rockefeller center jam 9.20 pagi untuk lihat pemandangan hutan beton kota New York dari atas gedung. Sebelum janjian, saya jalan-jalan ke Times Square. Kami kebagian masuk jam 9.30. Tujuan dari jalan bareng adalah supaya ada yang motoin. Setelah dari atas gedung, kami berpisah karena saya mau menghabiskan tiket city pass saya dan Farhana ingin ke Central Park. Akhirnya saya melanjutkan perjalanan sendiri. Saya tinggal punya 4 jam sebelum pulang ke rumah dan packing. Maka saya jalan ke National Library, tempat syutingnya film Sex and the city, terus ke Grand Central Terminal, terus ke American Natural Museum menghabiskan tiket Citypass yang sudah terlanjur dibeli. Hanya speintas-sepintas, tapi saya benar-benar menikmati perjalanan sendiri saya. Saya bisa mengatur waktu dan kemampuan energy saya sendiri. Tepat pukul 3 sore saya pulang untuk solat, packing dan siap-siap. Setelah itu saya diantar Bapak kosnya Mega (Pak Haryono) yang kerja sampingan sebagai supir (semacam) uber ke bandara JFK empat jam sebelum keberangkatan.
Thank you for accompanying me!! (Pic by Farhana)

Tiba di bandara JFK sekitar pukul 6 lewat, saya masih punya waktu sekitar 3 jam di bandara. Tapi ternayta 3 jam di bandara sebelum jam keberangkatan adalah cukup. Saya harus antri untuk self-check-in. Kemudian antri untuk bag drop nya luar biasa mengular super puanjang. Setelah mengirim bagasi, saya makan siang sekaligus makan malam dulu dengan kwetiau yang saya beli di resto Indonesia yang sama dengan kemarin, baru kemudian antri security check. Antri security check ini lebih parah lagi panjang dan bercabang-cabang dan banyak disalip, dan menyebalkan lamanya. Selesai security check saya langsung menuju gate dan hanya punya waktu  kurang dari 30 menit sebelum boarding. Padahal pesawat saya berangkat jam 21.07. Luar biasa memang antrinya. Selain itu memang bandara JFK ini besar sekali. Jalan ke gatenya juga lumayan. Sangat berbeda sekali dengan bandara Copenhagen yang relatif lebih tenang dan teratur.

Refleksi diri dari Amerika

Apa yang aku dapat dari perjalanan ini?

Amerika memang negara maju, namun aku melihatnya hampir sama seperti Cina, terlalu banyak orang di kota besar seperti New York, dan sedikit orang di kota kecil. Ciri khas negara kapitalis. Indonesia saja yang katanya demokratis, namun sesungguhnya kapitalis. Orang-orang di Amerika tidak seteratur di Eropa. Menyebrang jalan dimana saja, tidak terlalu mematuhi lampu lalu lintas. Lampu menyebrang untuk pejalan kakinya tidak terlalu jelas kapan harus jalan kapan harus berhenti karena warna dan bentuknya sama, bentuk tangan warna merah. Kalau pejalan kaki diperbolehkan menyebrang jalan, maka lampu berbentuk tangan itu akan berkedip beberapa detik kemudian berhenti sambil ada penghitung mundurnya. Kan saya jadi bingung, jadi saya boleh jalan atau tidak? Perlu waktu untuk memahami lampu pejalan kaki ini dan tambahan waktu lain untuk menyadari bahwa orang menyebrang tidak pakai aturan.

New York, Boston dan Prvidence adalah tiga kota yang memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda. Providence yang sangat sepi, New York yang super hectic dan penuh deru pacu dan picu metropolitan, dan Boston diantaranya. Saya menemukan bahwa diri saya sudah kurang suka kehidupan yang terlalu ramai seperti di New York. Saya pikir hidup saya tidak lama di dunia ini, saya ingin menikmatinya dengan penuh cinta kasih dan damai. Bermanfaat untuk keluarga, alam dan masyarakat. Untuk itu semua, saya melihat saya bisa melakukannya jika saya tinggal di Jogja dan membangun hidup mulai dari diri sendiri, dan dari sana.

Secercah harapan dan rencana untuk memulai hidup setelah PhD pun ku tuliskan agar tak lupa. Semoga Allah meridhoi untuk dapat terlaksana dengan segera dan dapat menjadi manfaat.

Dari kapal yang menuju patung mbak Liberty